Aspek Psikologis dalam Penggunaan Internet berkaitan dengan Identitas Diri

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari di dalam kehidupan saat ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Khususnya teknologi dan informasi yang memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Banyak hal dari sektor kehidupan yang telah menggunakan keberadaan dari teknologi itu sendiri. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi.
Pada saat ini teknologi media massa telah mengalami perkembangan mulai dari tingkat yang sederhana sampai ke tingkat yang lebih kompleks seperti fasilitas internet. Lewat fasilitas internet seseorang mendapatkan banyak hal, misalnya penyampaian informasi, hiburan, periklanan dan penjualan kepada masyarakat (Giddens, 2001). Selain itu internet juga berfungsi untuk berkomunikasi melalui surat elektronik, yang dikenal dengan istilah e-mail, berdiskusi dengan banyak orang dibagian dunia lain secara cepat dan dengan biaya murah (Sulaki-lakidi, 2003). Pendapat Giddens dan Sulaki-lakidi ini diperkuat oleh Rohall, Cotton, dan Morgan, (2002) yang membedakan fungsi internet menjadi dua, yaitu sebagai sarana telekomunikasi dan sarana non telekomunikasi.
Ada berbagai macam cara untuk berinteraksi dengan orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung atau melalui media. Thompson membedakan tiga cara dalam interaksi sosial, yaitu (Giddens, 2001): (1) melaIui tatap muka, (2) melalui media, (3) melalui media ruang. Berdasarkan teori dari Thompson maka internet dapat di kategorikan sebagai interaksi melalui media, karena dengan menggunakan komputer yang kemudian disambungkan ke jaringan internet seseorang dapat berkomunikasi langsung walaupun tidak secara oral. Internet memberikan penggunanya kemudahan akses ke sumber-sumber informasi yang berada di mana dan kapan pun di dunia, Perbedaan Minat Dalam Penggunaan Fungsi Internet Berdasarkan Tipe Kepribadian 90 Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Desember 2005 sejauh itu tersambung ke jaringan internet (world wide web).
Internet memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat modern saat ini oleh karena itu pertumbuhan pemakai internet di dunia begitu cepat, pada tahun 1998 pemakai internet telah mencapai 900 juta penduduk bumi (Sulaki-lakidi, 2003). Berdasarkan Asosiasi Penyelengara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pemakai Internet saat ini sebanyak 4,5 juta pengguna (Swi, 2003).
Dari sekian banyak pengguna internet di dunia, remaja merupakan salah satu pengguna internet terbesar di Amerika. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Pew Research Center, 92% remaja di Amerika mengakses internet setiap hari dengan kemudahan dan akses langsung yang disediakan oleh perangkat mobile, terutama smartphone (Pew Internet, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, Kemenkominfo, dan Universitas Harvard terkait penggunaan media digital pada anak dan remaja di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa persentase pengguna internet pada rentang usia 10-19 tahun berjumlah 79,5% dan media yang digunakan untuk mengakses internet antara lain ponsel (sebanyak 52%), smartphone (sebanyak 21%), dan tablet (sebanyak 4%) (Kominfo, 2014).
Situs jejaring sosial merupakan situs yang paling banyak diakses setelah search engine. Berdasarkan daftar yang dirilis oleh Alexa Internet terkait situs yang sering diakses, Facebook, mewakili jenis situs jejaring sosial, menduduki peringkat kedua di bawah Google, mewakili jenissearch engine, yang berada di peringkat pertama (Alexa, 2015).
R. A. Davis11 menyebutkan beberapa jenis fasilitas pada internet yang dapat memicu terjadinya kecanduan. Misalnya, online sex, games, casino (perjudian), stock trading (bursa efek), dan online auctions (lelang). Kecanduan itu sendiri menurut Kimberly S. Young12 terdapat beberapa jenis, di antaranya:
1. Kecanduan situs porno internet (cyber-sexual addiction), yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situs situs porno atau cybersex secara kompulsif. Individu yang mengalami kecanduan cybersex atau pornografi melalui internet ditandai dengan ketergantungan melihat, menemukan, menelusuri, mendownload, dan berlangganan serta memperdagangkan pornografi secara online atau melakukan percakapan tentang fantasi seksual melalui chat rooms.
2. Kecanduan berhubungan dalam dunia internet (cyber-relational addiction), yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber. Individu yang selalu menghabiskan waktu menggunakan internet dengan membina hubungan baru dengan teman-teman yang baru saja ditemui dalam program chatting, friendster, multiply, blog, e-mail, atau situs hubungan pertemanan yang menimbulkan ketergantungan yang berlebihan terhadap hubungan online seperti di situs facebook. Teman online menjadi lebih penting bagi individu dalam kehidupannya, daripada keluarga dan teman-teman dalam dunia nyatanya.
3. Kecanduan berhubungan dengan net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situs situs perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casinoonline. Kecanduan pada permainan online, perjudian online, dan berbelanja secara online yang berlangsung dengan cepat dapat menimbulkan masalah mental baru pada zaman internet ini. Melalui akses cepat ke casino virtual, permainan interaktif, dan eBay (situs jual beli online).
4. Kecanduan informasi internet (information overload), yaitu seseorang yang menelusuri situs situs informasi secara kompulsif. Individu yang selalu mengisi waktu menggunakan internet dengan mencari data atau informasi yang disediakan oleh halaman-halaman pada internet (www). Sejumlah data yang tersedia pada World Wide Web dapat menimbulkan perilaku kompulsif yang menuju pada ketergantungan melakukan web surfing dan pencarian sejumlah data. Individu akan menghabiskan sejumlah waktu untuk mencari dan mengumpulkan data dari web dan mengatur informasi tersebut.
5. Kecanduan komputer (computer addiction), yaitu seseorang yang terobsesi pada program-program yang ada di internet. Biasanya permainan permainan online seperti Counter StrikeRagnarok dan lain sebagainya.
Ketidakmampuan individu termasuk mahasiswa yang masih tergolong remaja dalam mengontol diri untuk terkoneksi dengan internet dan melakukan kegiatan bersamanya adalah cikal bakal dari lahirnya bentuk kecanduan ini.
Masa remaja merupakan suatu fase dimana manusia mulai membentuk identitas diri. Menurut Erikson, identitas konsepsi koheren tentang diri, terbuat dari tujuan, nilai-nilai, dan kepercayaan saat individu membentuk komitmen yang solid. Identitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Tugas utama remaja, kata Erikson (1968), adalah melawan krisis identitas atau identitas versus kebingungan peran, sehingga menjadi dewasa yang unik dengan rasa diri yang koheren dan nilai peran dalam kelompok social.
Dari delapan tahapan psikososial, Erikson mengelompokkan masa remaja ke dalam fase “identitas vs kebingungan peran” (Ormrod, 2008). Pada fase ini remaja terlibat dalam penjelajahan interaksi dan peran sosial yang bermuara pada pembentukan identitas atau pun sebaliknya. Secara spesifik, Marcia mengembangkan konsep Erikson tentang proses pembentukan identitas tersebut dengan berkonsentrasi pada tanda kognitif-perilaku yang terjadi di dalamnya. Marcia meyakini bahwa dalam perkembangan identitas terdapat empat empat status identitas atau cara untuk memecahkan krisis identitas, empat status tersebut adalah: identity diffusion (tidak ada komitmen atau eksplorasi), identity foreclosure (komitmen tanpa eksplorasi), identity moratorium (krisis, komitmen yang jelas), dan identity achievement (mengalami krisis, eksplorasi, dan membuat komitmen) (Marcia dalam Santrock, 2011). Dengan hadirnya jejaring sosial, remaja dapat mengeksplorasi berbagai macam perilaku yang akan berkontribusi pada perkembangan identitas.
Dalam proses penjelajahan identitas, remaja cenderung mengungkap berbagai macam informasi mengenai diri mereka di situs jejaring sosial dan membentuk identitas tertentu agar diterima oleh pengguna situs jejaring sosial yang lain. Ketika pengguna jejaring sosial yang lain menerima identitas tersebut, maka remaja tersebut akan mempertahankan identitasnya. Namun, jika pengguna lain menolak atau tidak nyaman dengan identitas yang digunakan, maka remaja tersebut dapat memilih identitas lain. Merubah identitasnya dengan identitas yang lebih baik dan diterima oleh teman-temannya di situs jejaring sosial merupakan salah satu konsekuensi yang bisa ditempuh oleh remaja tersebut.
Penggunaan situs jejaring sosial di kalangan remaja merupakan sebuah fenomena yang tak terelakkan saat ini. Manfaat dari penggunaan situs jejaring sosial sebagai sarana pengungkapan diri perlu disadari dan dipahami oleh remaja sehingga kehadiran situs jejaring sosial dapat membantu berkembangnya pembentukan identitas dalam diri remaja.


Daftar Pustaka
Basri, A.Said Hasan. 2014. Kecenderungan Internet Addiction Disorder
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi ditinjau dari Religiositas. Jurnal Dakwah. Vol. XV no. 2, 2014.

Papalia, Diana. E. 2009. Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.

Komentar

Postingan Populer