Perilaku Prososial Melalui Internet

Menurut Batson (Aronson, 2013), perilaku prososial adalah tindakan apa pun yang dilakukan dengan tujuan memperoleh manfaat orang lain. Dahriani (2007:30) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang mempunyai tingkat pengorbanan tertentu yang tujuannya memberikan keuntungan bagi orang lain baik secara fisik maupun psikologis, menciptakan perdamaian dan meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama, namun tidak ada keuntungan yang jelas bagi individu yang melakukan tindakan.
Secara konkrit, pengertian perilaku prososial meliputi tindakan berbagi (sharing), kerjasama(cooperation), menolong (helping), kejujuran (honesty dermawan (generousity) serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (mussen dalam Dayakisni, 1988:15).
            Gotong royong memiliki suatu pengertian bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama yang dilakukan dengan adil dan tanpa pamrih. Bekerja secara bersama-sama di sini memiliki makna saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan kelas sosialnya, suku, bangsa, ras, agama dan budaya yang dimilikinya. Adapun tujuan bersama yang ingin dicapai budaya gotong royong adalah untuk mewujudkan kerukunan dan kedamaian antar bangsa Indonesia serta dapat mendekatkan bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya.
Jaman boleh berubah, akan tetapi manfaat yang dirasakan dengan adanya semangat gotong royong jangan sampai hilang. Jika dahulu masyarakat dalam memupuk semangat gotong royong sangat mudah khususnya di pedesaan disebabkan tingkat kesibukan masyarakat yang rendah dengan bekerja sebagai petani yang menunggu musim hujan dan hanya dilakukan pagi hari.  Sekarang, dengan tingkat kesibukan masyarakat yang cukup padat dimana mayoritas jenis pekerjaan beralih dari pertanian ke industri menjadikan setiap individu sangat sulit meluangkan waktu untuk berkumpul bersama melakukan kegiatan kemanusiaan kalau tidak dijadwal sebulan sebelumnya.
Akan tetapi, kekhawatiran akan lunturnya semangat gotong royong di era digital ini dapat terbantahkan dengan banyaknya fakta tentang kehebatan teknologi berupa internet yang dapat menumbuhkan semangat gotong royong seluruh warga Indonesia bahkan luar negeri.
Melisa adalah seorang mahasiswi sebuah universitas swasta di Bandung yang juga bekerja sebagai driver ojek online untuk mencari penghasilan tambahan. Kisah Melisa menjadi istimewa ketika Ia bertemu Disa, seorang anak perempuan berusia 12 tahun yang menderita Osteosarcoma atau sejenis kanker tulang. Disa membutuhkan biaya yang cukup besar untuk operasi karena BPJS tidak bisa menanggung seluruh beban biaya pengobatan penyakitnya – sebuah kondisi yang umum terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Data terakhir BPJS menyatakan saat ini baru sekitar 70 persen masyarakat yang terjangkau program BPJS Kesehatan. Memahami kesulitan Disa, Melisa pun tergerak mengajak teman-temannya untuk mengumpulkan bantuan. Melalui situs penggalangan dana online Kitabisa.com, Melisa memulai sebuah kampanye untuk membantu pengobatan Disa. Menggunakan media sosial dan aplikasi messenger yang Ia miliki, Melisa mengajak teman dan jejaringnya untuk berdonasi. Hasilnya, dalam kurun waktu 1 bulan Melissa berhasil mengumpulkan Rp 51 juta dari 386 donatur.
Semangat Melisa jelas merefleksikan karakter luhur bangsa Indonesia yaitu tolong menolong dan gotong royong. Memanfaatkan kekuatan gotong royong, Melisa pun berubah dari anak muda biasa menjadi seorang sosok yang dibutuhkan saat ini, yaitu seorang penggerak atau agent of change yang dapat menciptakan kebaikan, tanpa melihat perbedaan.
Di tengah pesatnya pertumbuhan teknologi dan internet, semangat ini terus didorong dan dimudahkan melalui beragam platform online, utamanya yang berbasis crowdfunding (urun dana) yang lahir untuk membantu mengumpulkan dukungan dana masyarakat terkait suatu tujuan sosial. Berdasarkan data terkini, platform semacam ini di Indonesia masih didominasi oleh kegiatan donasi yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Di Kitabisa.com, dari Rp 166 miliar donasi yang telah terfasilitasi dari belasan ribu inisiatif penggalangan dana masyarakat, lebih dari 6.000 kampanye penggalangan dana dalam kategori medis yang dimulai dalam dua tahun terakhir. Lebih dari angka, ini bukti masyarakat kita mampu memanfaatkan teknologi untuk menolong sesama. Tren yang sama juga ditemukan di luar Indonesia; situs urun dana ternama di Amerika Serikat, GoFundMe dan YouCaring menyatakan bahwa kategori medis menjadi kategori penggalangan dana terbesar di website masing-masing
Dengan semangat tolong menolong dan gotong royong, platform urun dana juga dapat menjadi wadah penyaluran dan katalis untuk mendorong lebih banyak prestasi dan karya anak bangsa. Beragam gagasan dan inovasi bagi kebaikan ini terus berkembang, dan keberadaan platform urun dana berbasis teknologi ini pun memungkinkan pelibatan aktif pemuda dari seluruh Indonesia secara luas. Inilah inti dari fenomena The Internet of Kindness, ketika internet digunakan untuk mengamplifikasi niat dan aksi baik yang ada di masyarakat, serta menjadi daya ungkit bagi berbagai pencapaian tujuan pembangunan sosial. Kehadirannya mampu menciptakan daya dalam skala yang bahkan belum pernah dilihat sebelumnya. Di tengah maraknya penyalahgunaan internet untuk menyebarkan konten negatif atau hoax, cerita Melisa dan Disa mengingatkan kembali potensi kebaikan yang dapat terwujud karena bantuannya.


Sumber
Aronson, E. (2013). Social Psychology.


Komentar

Postingan Populer